Layanan Kami

Inkontinensia

Apa itu Inkontinensia Feses?

Inkontinensia feses (FI) terjadi saat seseorang kehilangan kemampuan mengontrol otot anus dan gerakan usus, menyebabkan kebocoran tinja atau gas. Jika tidak diobati atau diatasi, FI dapat menyebabkan iritasi kulit parah serta depresi, menyebabkan penderitanya mengucilkan diri dari keluarganya dan masyarakat.

Bagaimana prevalensi FI di Singapura?

Studi prevalensi lokal pertama (yang dilakukan oleh spesialis kami) yang diterbitkan tahun 2014 menunjukkan bahwa sekitar 4,7% populasi orang dewasa – atau sekitar 200.000 individu – mungkin mengalami kondisi ini.

Angka ini cukup mengejutkan, tapi dapat dianggap terlalu rendah karena kejadiannya lebih sering terjadi pada lansia yang tinggal di fasilitas perawatan seperti panti jompo. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa perempuan tiga kali lebih beresiko terkena inkontinensia usus, dengan penyebab utama cedera akibat persalinan. Sebenarnya, mereka yang berusia di atas 50 tahun lima kali lebih rentan. Pria tidak luput dari kondisi tersebut.

Bagaimana FI Memengaruhi Kualitas Hidup?

Sebagian besar penderita tidak memahami pilihan pengobatan yang tersedia, dan efek negatif yang dihasilkan pada kesehatan fisik dan psikososial mereka secara keseluruhan sering diabaikan. Selain itu, rasa malu dan takut akan stigma sosial yang menyertainya membuat sebagian besar penderita lansia menderita dalam diam, membentuk lingkaran setan yang melanggengkan anggapan keliru bahwa inkontinensia feses hanyalah ‘bagian-dan-kewajaran’ dalam penuaan. Akibatnya, penderita terasingkan ke kualitas hidup yang kurang optimal.

Apa Saja Faktor Risiko untuk FI?

Faktor risiko untuk wanita meliputi persalinan dengan bantuan peralatan (misalnya bantuan forsep dan vakum), dan tahap kedua persalinan yang terlalu lama.

Faktor risiko yang memengaruhi kedua jenis kelamin termasuk cedera otot anus (sphincter) karena prosedur bedah anorektal misalnya karena wasir, fisura/fistula anal, atau kanker kolorektal. Pengobatan radiasi untuk kondisi seperti kanker serviks atau prostat juga dapat berkontribusi pada inkontinensia feses pada wanita dan pria.

Faktor risiko lain meliputi operasi kanker kolorektal atau kondisi jinak, di mana sebagian atau seluruh rektum diangkat, dan trauma pada perut bagian bawah atau panggul, seperti patah tulang panggul setelah kecelakaan lalu lintas jalan atau luka tembus.

Penurunan rektum, suatu kondisi yang biasa terlihat pada populasi wanita lansia, di mana rektum/usus besar bawah turun karena hilangnya kekuatan jaringan pendukung, juga dapat muncul dengan FI. Terkadang, cedera yang berhubungan dengan kekerasan seksual dapat menyebabkan inkontinensia feses.

Apa Saja Opsi Pengobatan yang Tersedia untuk FI?

FI terjadi karena kerusakan otot secara langsung, atau saraf yang memasok otot-otot ini di sekitar anus, atau keduanya. Setelah anamnesis dan pemeriksaan menyeluruh, dilakukan tes khusus seperti anorektal manometry, ultrasound, dan tes stimulasi saraf, untuk mengidentifikasi kemungkinan lokasi cedera sehingga perawatan dapat diarahkan dengan tepat.

Bagaimanapun juga, sebagian besar penderita dapat memanfaatkan tindakan konservatif seperti modifikasi diet, terapi medis yang disesuaikan dan rehabilitasi dasar panggul. Perawatan dan kebersihan kulit juga penting untuk menjaga kualitas hidup yang baik. Namun, ketika langkah-langkah di atas gagal, operasi mungkin merupakan satu-satunya cara untuk meringankan gejala secara memadai.

Opsi perawatan untuk Inkontinensia Feses

Sebagian besar penderita dapat memanfaatkan tindakan konservatif seperti modifikasi diet, terapi medis yang disesuaikan dan rehabilitasi dasar panggul.

Opsi perawatan konservatif yang ditawarkan meliputi:

Modifikasi diet: untuk meningkatkan konsistensi feses, karena feses yang lebih padat dapat mengurangi ‘kebocoran’ (mencret).

Pengobatan: untuk meningkatkan konsistensi feses, termasuk agen antidiare dan pemadat feses seperti suplemen serat.

Terapi biofeedback anorektal: ini adalah olahraga dasar panggul, terdiri dari serangkaian olahraga pernapasan yang dikoordinasikan dengan kontraksi dan relaksasi otot anus dan perut. Tujuannya adalah untuk mengondisikan dan mengoordinasikan gerakan otot anus untuk meningkatkan sensasi dan kontrol keseluruhan.

Opsi operasi meliputi: Stimulasi saraf punggung (SNS), Stimulasi Saraf Tulang Kering Perkutan (PTNS), Agen pemadat yang dapat disuntik, Perbaikan otot anus (sfingter) dan Operasi prolaps rektum (atau Rektopeksi).

Kesehatan Andaadalah Komitmen Kami

Di Mark Wong Surgery, Kesehatan Anda adalah Prioritas Kami dan Kami Berkomitmen untuk memberikan Perawatan Khusus yang berhak Anda dapatkan.